BANYUMAS - Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Musta'in Ahmad, menggelar Forum Group Discussion (FGD), bersama guru Pancasila/Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) serta Wakil Kurikulum dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Banyumas. bertempat di ruang rapat Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas, Jumat (23/08/2024)
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Kantor Kemenag Banyumas Ibnu Asaddudin, Kasubbag TU, Kasi Bimas Islam, Kasi Pendma, Kasi PHU. Penyelenggara Zawa, Penyelenggara kristen, dan Kepala Madrasah Negeri. Forum ini bertujuan untuk membahas penguatan kurikulum dan strategi pengajaran Pancasila serta PKN dan P5 di madrasah, seiring dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan di daerah tersebut.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Musta'in Ahmad, dalam sambutannya menyampaikan bahwa madrasah aman dan sehat itu bukan hal yang baru, karena disitu terkait dengan anti buliying, ramah anak, ramah dan disabilitas.
“Kita semua warga Jawa Tengah, ditengah prestasi madrasah kita masih punya persoalan, yang kadang persoalan itu munculnya tidak terduga. Khususnya kasus kasus kekerasan, buliying dan kasus pelecehan. Yang harusnya prestasi madrasah itu bagus tapi dirusak oleh oknum yang jumlahnya tidak seberapa, " ungkapnya.
“Hal ini cukup mengganggu, dan ini kalau tidak jawab dengan bagus, tren madrasah, tren pesantren akan turun. Salah satu cara menjaga madrasah itu aman dan sehat sudah ada peraturan dan merah marun itu juga sudah di SK kan Kanwil untuk operasionalnya seperti aman, dan akan kami keluarkan dalam bentuk buku sehingga lebih gampang untuk dipelajari dan dipahami, " Terangnya.
Peserta FGD antusias berdiskusi dengan Kakanwil mengenai berbagai isu terkait pengajaran, termasuk metodologi, materi ajar, dan evaluasi.
Melalui Forum ini akan dapat mempercepat perbaikan dan inovasi dalam proses pembelajaran di madrasah, dan memperkuat sinergitas semua pihak terkait dalam dunia pendidikan.
“Ketika kita membuat modul tidak ada yang tau pasti bentuknya seperti apa yang dimaksud dengan P5 dengan tujuh tema, ada kewirausahaan, ada suara demokrasi , setiap sekolah bapak ibu guru mempunyai pemikiran yang berbeda beda, ” Ungkap Mami Supadmi, selaku Waka Kurikulum MTs N 1 Banyumas.
Selanjutnya, Mami menyampaikan karena pemikiran yang berbeda-beda dan tidak adanya modul, maka guru menterjemahkan sendiri-sendiri. Misalnya kewirausahaan maka murid diajari membuat getuk, penerapan demokrasi salah contohnya dengan proses pemilihan ketua OSIM dengan model KPU.
Kakanwil secara khusus di Banyumas, berharap diskusi ini dapat menghasilkan solusi konkret untuk menghadapi tantangan dalam pendidikan kewarganegaraan serta memperkuat pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan siswa.
(N.Son/Yudi/Djarmanto-YF2DOI)